Friday, November 23, 2007

Jogja atau Yogyakarta?

Sugeng Rawuh… Selamat datang di Jogja, eh Yogyakarta, em.. Jogjakarta ding… Ah, mana yang benar sih?
Jangankan orang pendatang, yang asli dari kota ini pun masih banyak yang dibingungkan oleh nama-nama yang berbeda itu. Sebenarnya mana yang benar? Kalau melihat papan nama kantor-kantor, yang kita lihat pasti Daerah Istimewa Yogyakarta. Menurut versi Keraton, namanya jadi Ngayogyokarto Hadiningrat. Giliran mata kita menatap baliho besar di sepanjang jalan dalam kota, eh, muncul tulisan Jogja, Never Ending Asia. Ketemu sama bis AKAP, tertulis: Magelang - Jogya - Surabaya. Di dokumen-dokumen lama ejaannya Djokdja à berarti kalau ditulis dengan EYD menjadi Jokja dong? Para pejabat yang pidato seringnya menggunakan nama Jogjakarta. Orang-orang Jogja dalam kehidupan sehari-hari lebih suka melafalkan “Yoja”. Walah, nggak kompak banget sih…

Sebenarnya, awal kebingungan ini muncul beberapa tahun yang lalu, ketika pemerintah daerah memutuskan untuk mengadakan kampanye branding kota ini, supaya bisa bersaing di dunia internasional (minimal sih di Asia) dalam hal Tourism, Trade, and Investment (dikenal dengan istilah TTI) atau pariwisata, perdagangan dan investasi. Ditinjau dari kondisi alamnya, kota Jogja memang bukan kota yang punya potensi luar biasa. Di beberapa sumber disebutkan bahwa industri yang menunjang perekonomian kota ini adalah industri jasa, yaitu lebih dari 86% (Statistik BPS 1999).

Jogja: Never Ending Asia, kemudian menjadi brand dan tagline yang digunakan untuk mempromosikan kota Yogyakarta di dunia, agar calon wisatawan, calon pedagang, dan calon investor berminat untuk berbisnis di sini. Itu tuh, seperti Malaysia: Truly Asia, Seoul: Soul of Asia, Hongkong: Asia’s World City dan yang paling baru Semarang: Pesona Asia. Istilah Jogja disini digunakan karena mudah diingat dan mudah diucapkan. Konon, istilah Yogyakarta sering membingungkan turis asing, karena mereka rancu antara Yogyakarta dengan Jakarta (masa sih, perasaan jauh amat ya ;p). Dengan demikian Jogja bisa dianalogikan sebagai ‘nama panggilan’ untuk kota ini, tapi nama resminya tetap Yogyakarta, gitu…
Lalu bagaimana dengan Jogjakarta? Anggap saja nama gabungan, antara panggilan dengan nama resmi. Jadi, ya nggak bisa dianggap salah juga.
Tapi musti konsisten juga, pakai Jogja atau Yogya/Yogyakarta, jangan jadi Jogya atau Yogja… Tambah kacau lagi, hehe…

Masih bingung? Sedikit tips (untuk penulisan):
Untuk pengisian dokumen resmi, pakai Yogyakarta atau Daerah Istimewa Yogyakarta.
Untuk komunikasi tidak resmi, pakai nama panggilannya, Jogja.
Setuju? ;p